Sebagai mahasiswa hukum yang dituntut krisis, penulis akan mengangkat topik kepemimpinan yang diterapkan bangsa kita. Tentunya sebelum sampai kepada pokok bahasan, penulis ingin sedikit berbagi informasi tentang apa itu pemimpin (ditinjau dari manajemen) agar dalam penerapannya kita dapat mengerti serta mengaplikasikannya sehingga tidak perlu canggung dalam menghadapi situasi tertentu. Penulis sengaja untuk meminjam persepsi dari cabang ilmu sosial lain agar dapat berkorelasi dengan hukum sehingga dapat lebih mudah melihat kejanggalan pemerintahan kita.
A. Timbulnya Seorang Pemimpin yang Baik
Menurut para ahli terdapat bermacam-macam teori tentang timbulnya seorang pemimpin. Namun, apabila diabsolutkan, maka akan melahirkan 3 teori yang menonjol, yaitu:
1. Teori genetik (hereditary theory)
Teori didasarkan pada prinsip leaders are born and not made. Dengan demikian dapat diartikan bahwa seorang pemimpin itu sesungguhnya memang terlahir sebagai pemimpin dengan dikaruniakan bakat-bakat kepemimpinan pada dirinya. Dalam keadaan yang bagaimanapun seseorang ditempatkan, karena ia telah ditakdirkan menjadi pemimpin, satu kali kelak ia akan tampil sebagai pemimpin. Berbicara mengenai takdir, secara filosofi pandangan ini tergolong kepada pandangan yang bersifat fatalistik atau deterministik.
2. Teori Sosial
Teori ini merupakan kebalikan dari teori genetik. Teori ini menganggap pandangan teori genetik sebagai sesuatu yang ekstrem. Inti ajaran teori sosial ini adalah bahwa leaders are made and not born. Para penganut teori ini mengetengahkan pendapat bahwa setiap orang dapat untuk menjadi pemimpin apabila diberikan pendidikan dan pelatihan yang cukup.
3. Teori Ekologis
Teori ini adalah penggabungan sisi-sisi positif yang dimiliki kedua teori diatas. Menurut teori ini bahwa seseorang hanya akan berhasil menjadi pemimpin apabila ia pada waktu lahirnya telah memiliki bakat-bakat kepemimpinan dan kemudian bakat itu dikembangkan melalui pendidikan yang teratur dan pengalaman-pengalaman yang memungkinkannya untuk mengembangkan lebih lanjut bakat yang memang telah dimilikinya itu.
B. Tipe-Tipe Pemimpin
Bila dilihat dari sudut manajerialnya, para pemimpin dalam berbagai bentuk organisasi dapat digolongkan dalam lima tipe, yaitu:
1. Tipe Otokratik
Indikator seorang pemimpin bertipe otokratik antara lain:
a. menganggap organisasi ini sebagai milik pribadi;
b. mengidentikkan tujuan pribadi dengan tujuan organisasi;
c. menganggap bawahan sebagai alat semata-mata;
d. tidak mau menerima kritik, saran, dan pendapat;
e. terlalu bergantung pada kekuasaan formalnya;
f. dalam tindakan penggerakannya sering mempergunakan approach yang mengandung unsur paksaan dan punitif (bersifat menghukum)
2. Tipe Militeristik
Indikator seorang pemimpin bertipe militeristik adalah:
a. dalam menggerakkan bawahannya cenderung menggunakan sistem perintah;
b. dalam menggerakkan bawahannya senang bergantung kepada pangkat dan jabatannya;
c. senang pada formalitas yang berlebihan;
d. menuntut disiplin tinggi dan kaku terhadap bawahannya;
e. sukar menerima kritikan dari bawahannya;
f. menggemari upacara-upacara untuk berbagai keadaan.
3. Tipe Paternalistik
Indikator seorang pemimpin bertipe paternalistik ialah:
a. menganggap bawahannya sebagai manusia yang tidak dewasa;
b. bersikap terlalu melindungi (over protective);
c. jarang memberikan kesempatan kepada bawahannya untuk mengambil keputusan;
d. jarang memberikan kesempatan kepada bawahannya untuk mengambil inisiatif;
e. jarang memberikan kesempatan kepada bawahannya untuk mengembangkan daya kreasi dan fantasinya;
f. bersifat mahatahu.
Harus diakui, dalam keadaan tertentu dibutuhkan seseorang yang bertipe paternalistik.
4. Tipe Kharismatik
Sesungguhnya tipe kharismatik tidaklah memiliki karakteristik yang sama. Tetapi pada umumnya mereka memiliki daya tarik yang amat besar dan karena pada umumnya mempunyai pengikut yang jumlahnya sangat besar, meskipun para pengikut itu sering pula tidak dapat menjelaskan mengapa mereka menjadi pengikut dari pemimpin tersebut.
Karena sulitnya dicari sebab-musabab seseorang bertipe kharismatik, maka sering dikatakan orang yang demikian diberkahi kekuatan ghaib (supernatural powers). Kekayaan, umur, kesehatan, profil tidaklah dapat dipergunakan sebagai kriteria untuk kharisma. Contoh pemimpin bertipe kharisma antara lain seperti Jhon F. Kennedy dan Mahadma Gandhi.
5. Tipe Demokratik
Indikator seorang pemimpin bertipe demokratik yatu:
a. dalam proses penggerakan bawahannya selalu bertitik tolak dari pendapat bahwa manusia itu adalah makhluk yang termulia di dunia;
b. selalu berusaha mensinkronisasi kepentingan dan tujuan organisasi dengan kepentingan dan tujuan pribadi para bawahannya;
c. ia senang menerima saran, pendapat, bahkan kritik dari bawahannya;
d. selalu berusaha mengutamakan kerja sama (teamwork) dalam usaha mencapai tujuan;
e. dengan ikhlas memberikan kebebasan yang seluas-luasnya kepada bawahannya untuk berani bertindak meskipun mungkin berakibat pada kesalahan yang kemudian dibimbing dan diperbaiki agar bawahannya itu tidak lagi berbuat kesalahan yang sama, akan tetapi lebih berani untuk bertindak di masa depan.
f. selalu berusaha untuk menjadikan bawahannya lebih sukses daripadanya;
g. berusaha mengembangkan kapasitas diri pribadinya sebagai pemimpin.
C. Sifat-Sifat Seorang Pemimpin yang Baik
Untuk melaksanakan tugas dengan baik, maka seorang pemimpin sebaiknya harus memiliki ciri-ciri sebagai berikut:
1. Memiliki kondisi fisik yang sehat sesuai dengan tugasnya.
Tugas kepemimpinan tertentu tentunya harus ditunjang dengan kesehatan tertentu pula.
2. Berpengetahuan luas.
Berpengetahuan luas tidaklah berarti berpendidikan tinggi. Ada orang yang berpendidikan tinggi tetapi tidak berpengetahuan luas, ini dikarenakan pengetahuannya hanya terbatas pada bidang yang mereka geluti. Ada pula orang yang tidak berpendidikan tinggi tetapi berpengetahuan luas, ini dikarenakan pengalamannya dan kemauan kerasnya untuk self development memiliki pengetahuan yang luas mengenai banyak hal.
3. Mempunyai keyakinan bahwa organisasi akan berhasil mencapai tujuan yang telah ditentukan melalui dan berkat kepemimpinannya.
Kepercayaan kepada diri sendiri menjadi modal utama dalam melaksanakan tanggung jawabnya. Tanpa adanya rasa percaya diri, seorang pemimpin akan terkesan ragu-ragu dalam mengambil serta menjalankan keputusan.
4. Mengetahui dengan jelas sifat hakiki dan kompleksitas dari tujuan yang hendak dicapai
Pada umumnya, semakin besar suatu organisasi semakin rumit pula sifat dan ruang lingkup tujuan yang hendak dicapai dan semakin kompleks pula kegiatan-kegitannya.
5. Memiliki stamina (daya kerja) dan antusiasme yang besar.
6. Gemar dan cekatan dalam mengambil keputusan
Tugas terpenting dari seorang pemimpin adalah untuk mengambil keputusan yang harus dilaksanakan oleh orang lain, maka harus mempunyai keberanian mengambil keputusan dengan cepat, terutama dalam keadaan darurat yang tidak dapat menunggu.
7. Obyektif dalam arti dapat menguasai emosi dan lebih banyak mempergunakan rasio.
Seorang pemimpin yang emosional akan kehilangan objektivitasnya karena tindakannya tidak didasarkan lagi pada akal sehat, akan tetapi lebih sering didasarkan pada pertimbangan personal likes and dislikes, baik terhadap seseorang, maupun terhadap penggunaan alat yang diperlukan.
8. Adil dalam memperlakukan bawahan.
9. Menguasai prinsip-prinsip human relations.
Human relations merupakan inti dari kepemimpinan.
10. Menguasai teknik-teknik berkomunikasi.
Berkomunikasi dengan pihak lain-bawahannya, sesama atasan, dan pihak luar-baik tertulis maupun secara lisan.
11. Dapat dan mampu bertindak sebagai penasihat, guru, dan kepala terhadap bawahannya tergantung atas situasi dan masalah yang dihadapi.
12. Mempunyai gambaran yang menyeluruh tentuang semua aspek kegiatan organisasi.
Seorang pemimpin tidak boleh menganakemaskan sesuatu bagian di dalam organisasi dan menganaktirikan yang lain. Dalam arti inilah seorang pemimpin menjadi seorang generalist.