Jumat, 09 Desember 2011


Konstitusi sebuah negara

     Pada umumnya kelompok masyarakat yang berdiam disuatu lingkup, baik dilingkup tatanan negara maupun yang lebih rendah memiliki suatu pedoman atau konsep pengelolaan yang didasarkan pada pandangan, cita-cita dan tujuan kelompoknya masing-masing. Konsep tersebut dapat saja berbentuk sesuatu yang ringkas, lebih luas, maupun sangat lengkap yang didasarkan pada tujuan jangka pendek, menengah maupun panjang yang tak ubahnya dapat dipisahkan dari pandangan politis, ekonomi, kultural maupun bauran dari berbagai sudut pandang tersebut.
      Begitu pula yang terjadi pada suatu negara. Hampir semua negara di dunia menaruh tujuan bernegara mereka pada suatu landasan bernegara yang disebut konstitusi. Konstitusi suatu negara dapat berupa pokok-pokok pandangan, pendirian, prinsip konseptual mengenai pengelolaan kehidupan mereka.
       Konstitualisme yang dianut suatu negara dalam literatur kenegaraan kebanyakan mengulas tentang cita-cita, hasrat dan pandangan mengenai format ketatanegaraan dan sistem pemerintahannya, termasuk ideologi atau filosofi, serta tujuan negara yang dicita-citakan bersama. Adanya garis-garis pandangan konseptual inilah yang bernilai sebagai kepastian konstitusi mengenai konsep pengelolaan kehidupan, kepastian landasan cita-cita dan tujuan bangsa yang bersangkutan. Garis-garis konseptual ini juga sebagai pengarah dalam pembentukan kebijakan politik dan perundang-undangan mengenai kehidupan bangsa, baik dalam kehidupan bernegara (political life) dan kehidupan bermasyarakat (social life).
        Sangatlah penting untuk memahami kepastian konstitusi dalam kehidupan bernegara. Apabila kepastian konstitusi tersebut tidaklah jelas maka menyebabkan ketidakpastiannya konstitusi negara tersebut yang berdampak pada kerawanan dan ketidakstabilan (instability) pada suatu bangsa dan mudah menjurus kepada kesimpangsiuran konsep nasional. Kesimpang siuran konstitusi tersebut sangat rentan terhadap gejolak dari dalam negaranya sendiri (intern) maupun gejolak dari luar negaranya sendiri (ekstern). Gejolak intern dapat berupa tuntutan-tuntutan dari rakyat untuk menetapkan pola kenegaraan sehingga berdampak pada bentuk negara dan bentuk pemerintahan, sedangkan gejolak ekstern dapat berupa penyusupan paham-paham dan kekuatan-kekuatan asing dari luar, baik secara ideopolitis, ekonomi, sosial budaya, pertahanan keamanan, sehingga eksistensi dan identitas bangsa semakin pudar.
      Pada masa kevakuman kepastian konstitusi tersebut maka bangsa yang bersangkutan dapat saja menjadi sasaran dan bulan-bulanan dari bangsa lain yang mencoba menanamkan pengaruhnya sehingga dapat menguasai bangsa tersebut. Pada gilirannya dapat menjadi bangsa terjajah, setidak-tidaknya secara konseptual, atau mungkin dalam bentuk campuran diantara kedua-duanya.
        Berbicara tentang konstitusi, tidak semua konstitusi suatu negara itu tertulis. Konstitusi dapat dibagi berdasarkan bentuknya yaitu:
           a. Konstitusi Tertulis (Written Constitution)
               Konstitusi tertulis ini seperti UUD (grondwet).
           b. Konstitusi Tidak Tertulis (Unwritten Constitution)
               Konstitusi tidak tertulis ini seperti konvensi atau kebiasaan dalam ketatanegaraan.
              





Sabtu, 12 November 2011

Rapat Yang Baik


Kali ini penulis sedikit mencoba berbagi pengetahuan seputar rapat (maklum terpilih menjadi Sekretaris Panwaslu Unsri).
Berbicara tentang rapat sendiri, sesungguhnya tidaklah masuk dalam paparan ilmu hukum. Lagi-lagi penulis meminjam persepsi dari cabang ilmu sosial lain yaitu manajemen.
Di dalam manajemen, rapat sendiri dibedakan menjadi beberapa macam, yaitu:
a. Rapat Paripurna, yaitu suatu rapat yang dihadiri oleh semua unsur pimpinan dalam suatu organisasi.
b. Rapat Dewan, yaitu suatu rapat yang dihadiri oleh satu badan dalam organisasi yang bersifat permanen karena kebutuhan untuk itu dinilai ada.
c. Rapat panitia, yaitu suatu rapat yang dihadiri oleh suatu badan yang dihadiri oleh beberapa pejabat yang keanggotaanya di dalam panitia didasarkan kepada jabatan (ex-officio), pengetahuan khusus, pengalaman dan keahlian. Panitia tersebut dapat bersifat permanen tetapi dapat pula bersifat ad hoc.
d. Rapat task force, yaitu suatu rapat yang dihadiri oleh sekelompok orang yang diserahi tugas untuk memecahkan suatu permasalahan tertentu.

Dalam suatu organisasi yang baik, dibutuhkan sedikit dewan, panitia, maupun task force. Ini dikarenakan apabila dewan, panitia, maupun task force banyak maka pemimpin organisasi mempunyai kurang kemampuan untuk menggerakan tingkat bawahan untuk melaksanakan tugas pokok masing-masing secara fungsional. Maka dengan kata lain, pimpinan organisasi kurang mampu untuk merumuskan:
1. tujuan yang hendak dicapai oleh organisasi;
2. misi yang harus diemban oleh organisasi;
3. tugas-tugas pokok yang harus dilaksanakan organisasi;
4. tata kerja dan hubungan kerja di dalam organisasi;
5. struktur organisasi yang menggambarkan tugas pokok, tata kerja dan hubungan kerja; dan
6. kurang mampu untuk mengadakan tenaga kerja yang cakap (baik di dalam proses rekrutmen maupun dalam pengembangannya.

Pada umumnya, rapat tidaklah dapat dipergunakan untuk pengganti dari pertanggungjawaban administratif. Sebelum suatu rapat dimulai terlebih dahulu harus diperoleh keyakinan bahwa para peserta rapat secara kolektif akan mempunyai kapabilitas dan wewenang yang diperlukan untuk mengemban misi yang diserahkan kepadanya. Rapat dapat diadakan jika:
a. Para peserta yang merupakan suatu kelompok memikiki pengetahuan dan pengalaman melalui hubungan mereka denga situasi yang sama dimasa lalu, untuk memecahkan masalah, terutama jika pengetahuan dan pengalaman tersebut tidak mungkin dimanfaatkan melalui saluran administrasi yang biasa.
b. Bahan pembicaraan (subject matter) sedemikian rupa sifatnya sehingga memerlukan sumbangsih pikiran dari para peserta secara simultan sehingga dapat digunakan untuk memecahkan permasalahan secara komprehensif.
c. Rapat dapat diadakan jika suatu masalah itu memerlukan penanganan secara urgen dan tidak dapat ditangani hanya melalui proses administrasi biasa.
d. Materi yang hendak disampaikan bersifat rahasia (rahasia negara maupun rahasia perusahaan) dan tidak benar apabila disalurkan melalui saluran administrasi biasa.
e. Rapat dapat diadakan apabila ada kebutuhan nyata yang mana menjelaskan sesuatu kepada para peserta rapat (terutama para pimpinan) agar mereka mengetahui dengan jelas peran apa yang  diharapkan harus mereka mainkan, kapan peran tersebut dimainkan dan bagaimana memerankan peran itu, sehingga dapat berkolaborasi dengan pola kegiatan seluruh organisasi.

Di dalam kehidupan sehari-hari tentunya kaum mahasiswa akrab dengan kata rapat. Tetapi, tak banyak rapat tersebut yang berjalan dengan baik. Kebanyakan rapat justru malah memberikan kesan buruk sehingga seakan-akan rapat tersebut tidak bermanfaat. Banyak waktu yang terbuang untuk menghadiri rapat tersebut. Hal ini dianggap sia-sa karena:
a. sering rapat diadakan tanpa kriteria yang jelas atau dipahami untuk apa rapat tersebut dilakukan;
b. acara rapat sering tidak dipersiapkan dengan seksama dan apabila di dalam rapat tersebut terdapat agenda, maka pembicaraan-pembicaraan di dalam rapat sering menyimpang dari agenda yang telah ditetapkan;
c. kriteria tentang siapa yang akan diundang hadir dalam rapat tersebut masih ambigu, sehingga kerap kali menghadirkan orang yang tidak ada hubungan dengan pelaksanaan tugasnya dengan materi yang dirapatkan.
d. kuota peserta rapat pun sering tidak ditentukan sehingga dihadiri terlalu banyak orang.
e. dalam rapat, pemimpin tertinggi yang hadir sering terlalu mendominasi jalannya rapat (berbicara terlalu lama dan terlalu banyak) sehingga terkesan menjadi briefing karena yang hadir tidak diberi kesempatan untuk berbicara;
f. sering waktu pembukaan dan penutupan rapat tidak ditaati sedang para pejabat yang lebih rendah diwajibkan datang tepat pada waktunya dan baru boleh pergi apabila rapat tersebut telah selesai;
g. rapat sering diadakan tanpa adanya perencanaan waktu yang matang dan diadakan dengan mendadak.

Rapat tentunya diorganisir oleh seorang pimpinan. Untuk dapat melakukan rapat dengan baik maka pimpinan juga harus mengetahui dan mengerti cara mengorganisir rapat.  Ada dua hal utama yang perlu diketahui oleh seorang pimpinan dalam mengorganisir suatu rapat. Dua hal itu adalah:
a. Persiapan-persiapan di muka.
Persiapan-persiapan di muka ini meliputi:
1) Agenda
2) Working Paper
3) Jumlah peserta rapat
4) Alat pembantu lainnya

b. Pemimpin rapat.
Pemimpin rapat yang baik adalah seseorang yang berkarakter sebagai berikut:
1) Dia harus seorang yang aktif, mampu memberikan bimbingan dengan tegas.
    Sikap ini sangat dibutuhkan untuk mencegah pembicaraan yang menyimpang dari agenda dan waktu yang telah ditentukan. Untuk menjalankan hal ini tidaklah mudah karena sangat diutamakan menjaga perasaan orang yang ditegur.
2) Dia harus dapat diterima oleh seluruh peserta rapat sebagai pemimpin.
    Seorang pemimpin yang dapat dikatakan pemimpin yang berkredibelitas apabila pemimpin tersebut dapat diterima sebagai pemimpin dikarenakan kemampuannya dalam bidang tugas pokok organisasi (formal leader) maupun dalam hal kemampuannya memelihara hubungan baik dengan orang lain termasuk bawahannya (informal leader).
3) Dia adalah seorang yang jika menjadi anggota dan bukan pemimpin rapat, berbicara dengan jelas dan to the point. Artinya, apabila seseorang berbicara-dan mungkin juga mendominasi pembicaraan-hanya karena dia yang menjadi pimpinan rapat, orang yang demikian tidak dapat dikatakan sebagai seseorang yang baik untuk memimpin rapat.
4) Dia harus seseorang yang mempunyai integritas.
    Artinya disamping kemauan dan kerelaan untuk memberikan kesempatan sebanyak mungkin kepada para peserta rapat untuk mengemukakan pendapatnya, pimpinan rapat perlu mempunyai sifat yang berpendirian kuat, konsekuen dalam setiap apa yang dikatakannya dan tidak mudah terombang-ambing oleh suasana sekelilingnya.
5) Mempunyai keterampilan yang tinggi serta sistematis dalam memecahkan masalah dan dalam memimpin diskusi.

Kepemimpinan (Leadership)

             Sebagai mahasiswa hukum yang dituntut krisis, penulis akan mengangkat topik kepemimpinan yang diterapkan bangsa kita. Tentunya sebelum sampai kepada pokok bahasan, penulis ingin sedikit berbagi informasi tentang apa itu pemimpin (ditinjau dari manajemen) agar dalam penerapannya kita dapat mengerti serta mengaplikasikannya sehingga tidak perlu canggung dalam menghadapi situasi tertentu. Penulis sengaja untuk meminjam persepsi dari cabang ilmu sosial lain agar dapat berkorelasi dengan hukum sehingga dapat lebih mudah melihat kejanggalan pemerintahan kita.

A. Timbulnya Seorang Pemimpin yang Baik
     Menurut para ahli terdapat bermacam-macam teori tentang timbulnya seorang pemimpin. Namun, apabila diabsolutkan, maka akan melahirkan 3 teori yang menonjol, yaitu:
      1. Teori genetik (hereditary theory)
          Teori didasarkan pada prinsip leaders are born and not made. Dengan demikian dapat diartikan bahwa seorang pemimpin itu sesungguhnya memang terlahir sebagai pemimpin dengan dikaruniakan bakat-bakat kepemimpinan pada dirinya. Dalam keadaan yang bagaimanapun seseorang ditempatkan, karena ia telah ditakdirkan menjadi pemimpin, satu kali kelak ia akan tampil sebagai pemimpin. Berbicara mengenai takdir, secara filosofi pandangan ini tergolong kepada pandangan yang bersifat fatalistik atau deterministik.
       2. Teori Sosial
           Teori ini merupakan kebalikan dari teori genetik. Teori ini menganggap pandangan teori genetik sebagai sesuatu yang ekstrem. Inti ajaran teori sosial ini adalah bahwa leaders are made and not born. Para penganut teori ini mengetengahkan pendapat bahwa setiap orang dapat untuk menjadi pemimpin apabila diberikan pendidikan dan pelatihan yang cukup.
       3. Teori Ekologis
           Teori ini adalah penggabungan sisi-sisi positif yang dimiliki kedua teori diatas. Menurut teori ini bahwa seseorang hanya akan berhasil menjadi pemimpin apabila ia pada waktu lahirnya telah memiliki bakat-bakat kepemimpinan dan kemudian bakat itu dikembangkan melalui pendidikan yang teratur dan pengalaman-pengalaman yang memungkinkannya untuk mengembangkan lebih lanjut bakat yang memang telah dimilikinya itu.

B. Tipe-Tipe Pemimpin
     Bila dilihat dari sudut manajerialnya, para pemimpin dalam berbagai bentuk organisasi dapat digolongkan dalam lima tipe, yaitu:
     1. Tipe Otokratik
         Indikator seorang pemimpin bertipe otokratik antara lain:
         a. menganggap organisasi ini sebagai milik pribadi;
         b. mengidentikkan tujuan pribadi dengan tujuan organisasi;
         c. menganggap bawahan sebagai alat semata-mata;
         d. tidak mau menerima kritik, saran, dan pendapat;
         e. terlalu bergantung pada kekuasaan formalnya;
         f. dalam tindakan penggerakannya sering mempergunakan approach yang mengandung unsur paksaan dan punitif (bersifat menghukum)

     2. Tipe Militeristik
         Indikator seorang pemimpin bertipe militeristik adalah:
         a. dalam menggerakkan bawahannya cenderung menggunakan sistem perintah;
         b. dalam menggerakkan bawahannya senang bergantung kepada pangkat dan jabatannya;
         c. senang pada formalitas yang berlebihan;
         d. menuntut disiplin tinggi dan kaku terhadap bawahannya;
         e. sukar menerima kritikan dari bawahannya;
         f. menggemari upacara-upacara untuk berbagai keadaan.

      3. Tipe Paternalistik
         Indikator seorang pemimpin bertipe paternalistik ialah:
          a. menganggap bawahannya sebagai manusia yang tidak dewasa;
          b. bersikap terlalu melindungi (over protective);
          c. jarang memberikan kesempatan kepada bawahannya untuk mengambil keputusan;
          d. jarang memberikan kesempatan kepada bawahannya untuk mengambil inisiatif;
          e. jarang memberikan kesempatan kepada bawahannya untuk mengembangkan daya kreasi dan fantasinya;
          f. bersifat mahatahu.
          Harus diakui, dalam keadaan tertentu dibutuhkan seseorang yang bertipe paternalistik.

      4. Tipe Kharismatik
          Sesungguhnya tipe kharismatik tidaklah memiliki karakteristik yang sama. Tetapi pada umumnya mereka memiliki daya tarik yang amat  besar dan karena pada umumnya mempunyai pengikut yang jumlahnya sangat besar, meskipun para pengikut itu sering pula tidak dapat menjelaskan mengapa mereka menjadi pengikut dari pemimpin tersebut.
           Karena sulitnya dicari sebab-musabab seseorang bertipe kharismatik, maka sering dikatakan orang yang demikian diberkahi kekuatan ghaib (supernatural powers). Kekayaan, umur, kesehatan, profil tidaklah dapat dipergunakan sebagai kriteria untuk kharisma. Contoh pemimpin bertipe kharisma antara lain seperti Jhon F. Kennedy dan Mahadma Gandhi.

       5. Tipe Demokratik
           Indikator seorang pemimpin bertipe demokratik yatu:
           a. dalam proses penggerakan bawahannya selalu bertitik tolak dari pendapat bahwa manusia itu adalah makhluk yang termulia di dunia;
           b. selalu berusaha mensinkronisasi kepentingan dan tujuan organisasi dengan kepentingan dan tujuan pribadi para bawahannya;
           c. ia senang menerima saran, pendapat, bahkan kritik dari bawahannya;
           d. selalu berusaha mengutamakan kerja sama (teamwork) dalam usaha mencapai tujuan;
           e. dengan ikhlas memberikan kebebasan yang seluas-luasnya kepada bawahannya untuk berani bertindak meskipun mungkin berakibat pada kesalahan yang kemudian dibimbing dan diperbaiki agar bawahannya itu tidak lagi berbuat kesalahan yang sama, akan tetapi lebih berani untuk bertindak di masa depan.
           f. selalu berusaha untuk menjadikan bawahannya lebih sukses daripadanya;
          g. berusaha mengembangkan kapasitas diri pribadinya sebagai pemimpin.

C. Sifat-Sifat Seorang Pemimpin yang Baik
     Untuk melaksanakan tugas dengan baik, maka seorang pemimpin sebaiknya harus memiliki ciri-ciri sebagai berikut:
        1. Memiliki kondisi fisik yang sehat sesuai dengan tugasnya.
            Tugas kepemimpinan tertentu tentunya harus ditunjang dengan kesehatan tertentu pula.
        2. Berpengetahuan luas.
            Berpengetahuan luas tidaklah berarti berpendidikan tinggi. Ada orang yang berpendidikan tinggi tetapi tidak berpengetahuan luas, ini dikarenakan pengetahuannya hanya terbatas pada bidang yang mereka geluti. Ada pula orang yang tidak berpendidikan tinggi tetapi berpengetahuan luas, ini dikarenakan pengalamannya dan kemauan kerasnya untuk self development memiliki pengetahuan yang luas mengenai banyak hal.
         3. Mempunyai keyakinan bahwa organisasi akan berhasil mencapai tujuan yang telah ditentukan melalui dan berkat kepemimpinannya. 
             Kepercayaan kepada diri sendiri menjadi modal utama dalam melaksanakan tanggung jawabnya. Tanpa adanya rasa percaya diri, seorang pemimpin akan terkesan ragu-ragu dalam mengambil serta menjalankan keputusan.
         4. Mengetahui dengan jelas sifat hakiki dan kompleksitas dari tujuan yang hendak dicapai
             Pada umumnya, semakin besar suatu organisasi semakin rumit pula sifat dan ruang lingkup tujuan yang hendak dicapai dan semakin kompleks pula kegiatan-kegitannya.
         5. Memiliki stamina (daya kerja) dan antusiasme yang besar.
         6. Gemar dan cekatan dalam mengambil keputusan
             Tugas terpenting dari seorang pemimpin adalah untuk mengambil keputusan yang harus dilaksanakan oleh orang lain, maka harus mempunyai keberanian mengambil keputusan dengan cepat, terutama dalam keadaan darurat yang tidak dapat menunggu.
         7. Obyektif dalam arti dapat menguasai emosi dan lebih banyak mempergunakan rasio.
             Seorang pemimpin yang emosional akan kehilangan objektivitasnya karena tindakannya tidak didasarkan lagi pada akal sehat, akan tetapi lebih sering didasarkan pada pertimbangan personal likes and dislikes, baik terhadap seseorang, maupun terhadap penggunaan alat yang diperlukan.
         8. Adil dalam memperlakukan bawahan.
         9. Menguasai prinsip-prinsip human relations.
             Human relations merupakan inti dari kepemimpinan.
       10. Menguasai teknik-teknik berkomunikasi.
             Berkomunikasi dengan pihak lain-bawahannya, sesama atasan, dan pihak luar-baik tertulis maupun secara lisan.
       11. Dapat dan mampu bertindak sebagai penasihat, guru, dan kepala terhadap bawahannya tergantung atas situasi dan masalah yang dihadapi.
       12. Mempunyai gambaran yang menyeluruh tentuang semua aspek kegiatan organisasi.
             Seorang pemimpin tidak boleh menganakemaskan sesuatu bagian di dalam organisasi dan menganaktirikan yang lain. Dalam arti inilah seorang pemimpin menjadi seorang generalist.

Minggu, 06 November 2011

Beberapa istilah penting yang harus diketahui dalam berfilsafat administrasi



Administrasi sebagai bagian dari kehidupan sehari-hari (tentunya dikalangan pekerja) memiliki arti tersendiri terutama bagi yang tidak hanya sekedar menjalani tetapi lebih kepada mencoba menyadari dan mengerti. Berikut penulis mencoba untuk membagi pengetahuannya.

Dalam berfilsafat administrasi tentunya memiliki kata-kata khusus yang menjadi ciri khas administrasi (terlebih filsafat) itu sendiri, yaitu:

1. Filsafat
Filsafat berasal dari bahasa Yunani yang terdiri dari 2 kata, yaitu Philos dan Sophia. Philos biasanya diterjemahkan dengan istilah gemar, senang, atau cinta. Sophia dapat diartikan kebijaksanaan dan kearifan. Menilik daripada terminologi filsafat itu sendiri maka dapatlah ditarik pengertian bahwa filsafat adalah berusaha untuk mengetahui tentang sesuatu dengan sedemikian dalamnya, baik mengenai hakikat, fungsinya, ciri-cirinya, kegunaannya, masalah-masalahnya, serta pemecahan-pemecahan terhadap masalah-masalah itu sendiri.

2. Administrasi
Administrasi secara lumrahnya dimengerti sebagai keseluruhan proses kerja sama antara dua orang manusia atau lebih yang didasarkan pada rasionalitas tertentu untuk mencapai tujuan yang telah disepakati sebelumnya. Menilik dari definisi diatas maka administrasi memiliki beberapa interpretasi, yaitu:
a. Administrasi sebagai seni adalah suatu proses yang diketahui hanya permulaannya saja sedangkan akhirnya tidak diketahui. Dengan demikian maka administrasi menjadi suatu proses pelaksanaan kegiatan-kegiatan tertentu yang dimulai sejak adanya dua orang yang bersepakat untuk bekerja sama dalam mencapai suatu tujuan tertentu. Administrasi sebagai seni merupakan suatu fenomena sosial.
b. Administrasi mempunyai unsur-unsur tertentu, yaitu adanya dua manusia atau lebih, adanya tujuan yang hendak dicapai, adanya tugas-tugas yang harus dilaksanakan, adanya peralatan dan perlengkapan (termasuk pula waktu, tempat, peralatan materi serta sarana lainnya) untuk melaksanakan tugas-tugas tersebut.
c. Administrasi sebagai proses kerja timbul bersama-sama dengan peradaban manusia. Telah disebut diatas bahwa proses adalah sesuatu yang diketahui permulaannya akan tetapi akhirnya tidak diketahui. Dengan demikian administrasi adalah suatu proses pelaksanaan kegiatan-kegiatan tertentu yang dimulai sejak adanya dua orang yang bersepakat untuk bekerja bersama untuk mencapau tujuan tertentu pula. Berakhirnya proses tersebut tidak diketahui karena bila kedua orang itu akan memutuskan untuk tidak bekerja sama lagi tidak ada yang mengetahui, bahkan bisa jadi mereka sendiri pun tidak mengetahuinya. Di dalam administrasi terdapat beberapa unsur, yaitu:
a. Dua orang atau lebih.
 Unsur manusia diperlukan lebih dari satu orang karena seseorang tidak dapat bekerja sama dengan dirinya sendiri.
b. Tujuan.
Tujuan yang hendak dicapai dapat ditentukan oleh:
i. Semua orang yang langsung terlibat dalam proses administrasi itu.
ii. Hanya sebagian orang.
iii. Hanya seorang saja (tetapi sangat mustahil apabila orang lain yang menentukan tujuan yang hendak dicapai)
c. Tugas dan pelaksanaannya Berbicara mengenai tugas yang hendak dilaksanakan, kebanyakan orang beranggapan bahwa proses administrasi timbul saat ada kerja sama.
Tidaklah demikian apabila unsur diterima sebagai bagian mutlak dari sesuatu, maka akan segera terlihat bahwa kerja sama bukan merupakan unsur administrasi melainkan suatu kondisi ideal yang artinya perlu ditekankan bahwa pencapaian tujuan akan lebih efisien dan ekonomis apabila semua orang yang terlibat mau bekerja sama satu sama lain. Kerja sama pun dapat dibagi menjadi 2, yaitu:
i. Kerja sama yang ikhlas dan sukarela (Voluntary Cooperation),
ii. Kerja sama yang dipaksakan (compulsory atau antagonistic cooperation d. Sarana dan prasarana tertentu Sarana dan prasarana yang diperlukan dalam suatu proses administrasi tergantung dari beberapa faktor seperti:
i. Jumlah orang yang terlibat dalam proses itu 
ii. Sifat tujuan yang hendak dicapai
iii. Ruang lingkup serta aneka ragamnya tugas yang hendak dijalankan, dan
iv. Sifat kerja sama yang dapat diciptakan dan dikembangkan.

3. Manajemen Manajemen dapat didefinisikan dari dua sudut pandang, yaitu sebagai proses penyelenggaraan berbagai kegiatan dalam rangka penerapan tujuan dan sebagai kemampuan atau keterampilan orang yang menduduki jabatan manajerial untuk memperoleh sesuatu hasil dalam rangka pencapaian tujuan melalui kegiatan-kegiatan orang lain. Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa manajemen merupakan inti dari administrasi karena memang manajemen merupakan alat pelaksana utama administrasi.

4. Kepemimpinan (Leadership) Kepemimpinan merupakan inti dari manajemen. Memang demikianlah halnya karena kepemimpinan merupakan "motor atau daya penggerak semua sumber-sumber dan alat-alat (resources) yang tersedia bagi suatu organisasi".

5. Human Relations Human realtions adalah keseluruhan rangkaian hubungan, baik yang bersifat formal maupun informal, antara atasan dengan bawahan, atasan dengan atasan, serta bawahan dengan bawahan yang lain yang harus dibina dan dipelihara sedemikian rupa sehingga tercipta suatu teamwork dan suasana kerja yang serasi dan harmonis dalam rangka pencapaian tujuan.
6. Organisasi Organisasi dalam manajemen diartikan sebagai setiap bentuk persekutuan antara dua orang atau lebih yang bekerja bersama serta secara formal terikat dalam rangka pencapaian suatu tujuan yang telah ditentukan dalam ikatan yang terdapat seorang/berupa orang yang disebut atasan dan seorang/sekelompok orang yang disebut bawahan. Definisi ini menunjukkan:
a. Organisasi sebagai wadah di mana kegiatan-kegiatan administrasi dijalankan.
b. Organisasi sebagai rangkaian hierarki dan interaksi antara orang-orang dalam suatu ikatan formal. 

 7. Administrasi Negara Dari segi perkembangannya, administrasi dibagi menjadi dua bagian besar, yaitu sebagai berikut: 
a. Administrasi Negara (Public Administration)
Administrasi negara secara singkat dan sederhana dapat didefinisikan sebagai keseluruhan kegiatan yang dilakukan oleh seluruh apartur pemerintah dari suatu negara dalam usaha mencapai tujuan negara.
b. Administrasi Privat (Private Administration)

8. Administrasi Niaga Karena sebagian besar kegiatan dalam bidang Administrasi Privat dilakukan oleh sektor keniagaan, dalam karya tulis ini klarifikasi yang disoroti terbatas pada:
a. Administrasi Negara, dan
b. Administrasi Niaga. Administrasi Niaga dapat didefinisikan sebagai: keseluruhab kegiatan organisasi, mulai dari produksi barang dan/atau jasa sampai tibanya barang atau jasa tersebut di tangan konsumen.

9. Manusia Manusia sebagai makhluk termulia dimuka bumi tentunya memiliki daya untuk menjadi semakin cerdas. Kecerdasan yang semakin meningkat itu menyebabkan manusia telah dijuluki dengan berbagai predikat, seperti homo faber, homo sapiens, zoon politicon, dan homo ekonomikus. Tetapi sekarang manusia layaklah dikatakan homo administraticus juga organization man. Manusia juga memiliki naluri bermasyarakat, naluri berorganisasi, dan ketidakmampuan untuk memenuhi seluruh kebutuhannya sendiri yang tentunya semakin kompleks. Itu sebabnya, apabila berfilsafat administrasi maka fokus analisisnya harus bertitik tolak dan berorientasi dari manusia karena seluruh proses administrasi dimulai oleh manusia, dimaksudkan untuk kepentingan manusia, dan diakhiri pula oleh manusia.

Rabu, 31 Agustus 2011

Kesadaran Diri VS Kemewahan Bangsa

Indonesia tanah air beta
Pusaka abadi nan jaya

Indonesia sejak dulu kala
Tetap di puja-puja bangsa

Reff :
Di sana tempat lahir beta
Dibuai dibesarkan bunda
Tempat berlindung di hari tua
Tempat akhir menutup mata

Sungguh indah tanah air beta
Tiada bandingnya di dunia
Karya indah Tuhan Maha Kuasa
Bagi bangsa yang memujanya

Reff :

Indonesia ibu pertiwi
Kau kupuja kau kukasihi
Tenagaku bahkan pun jiwaku
Kepadamu rela kuberi



Tentunya anda masih ingat dengan lagu Indonesia Pusaka tersebut. Lagu yang sering dikumandangkan pada saat kita masih mengenyam pendidikan di taraf playgroup maupun sampai Sekolah Menengah Atas. Tetapi sesungguhnya masihkah lagu tersebut bermakna?

Sejenak penulis merefleksi diri untuk lebih menyadari tentang betapa besar dan mewahnya Indonesia dibanding negara-negara lain di muka bumi ini. Negara yang mana selalu menjadi rebutan pengaruh bagi negara-negara besar. Namun, adakah Indonesia sendiri sadar betapa luar biasanya Indonesia dimata dunia?

Hal yang simpel namun tak pelak selalu luput dari penglihatan kita adalah ketidaksadaran akan kemewahan itu sendiri. Banyak yang merasa kemewahan ini hanya sekedar rahmat dari Tuhan YME ataupun warisan dari para leluhur untuk kesejahteraan kita saat ini, namun pertanyaan simpelnya sampai kapankah rahmat atau warisan ini benar-benar tetap menjadi rahmat?

Saat pertama kali penulis melihat esensi dari kenyataan ini, penulis tersentak hatinya. Dia menyadari kerendahan dan ketidakberdayaan dirinya. Andai kata generasi muda seperti penulis benar-benar menyadari hal ini.

Melihat ke dalam diri penulis yang terdalam, akhirnya penulis terilhami oleh sebuah ilustrasi. Ini semua diibaratkan sebuah harta yang mana tentunya ada masanya. Sejauh mata melihat memang kita yang ada dalam masa sekarang ini belum melihat dengan jelas ujung dari batas kemewahan tersebut. Tetapi, apakah kita akan menunggu sampai batas kemewahan negara benar-benar dapat kita lihat dengan jelas?

Hal simpel berikutnya, adakah kita khawatir tentang generasi setelah kita? Bagaimana jika kita benar-benar telah menjadi aktor utama dari kesengsaraan yang akan diterima generasi-generasi penerus kita. Apakah hanya menyesal kelak kita akan menyelesaikan segala perkara yang mana berawal dari kesalahan kita?

Tentunya pribadi saudaralah yang mampu menjawab pertanyaan tersebut dengan sejujur-jujurnya. Penyesalan memang selalu datang belakangan.

Tetaplah percaya pada kemampuan saudara dan kebaikan saudara, maka saudara tahu apa yang sebaiknya saudara perbuat untuk bangsa dan negara kita yang tercinta ini.